banyuwangi the sunrise of java



Mimpi Banyuwangi Memenangkan Persaingan di Era Ekonomi Kreatif
Pelabuhan Ketapang
Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, sumber foto dari sini


Persaingan antar daerah di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir semakin sengit, terutama jika dikaitkan dengan tren ekonomi kreatif saat ini. Setiap daerah berlomba-lomba mendongkrak dan mempromosikan segenap potensinya untuk menarik perhatian masyarakat dan dunia usaha. Dengan begitu, diharapkan perekonomian daerah akan terkerek sehingga kemajuan masyarakat dan daerah bisa turut terakselerasi.


Salah satu daerah yang begitu gencar mengoptimalkan dan mempromosikan segenap potensinya untuk merebut posisi sebagai yang terdepan di era ekonomi kreatif saat ini adalah Kabupaten Banyuwangi. Sebuah kabupaten di penghujung timur Pulau Jawa yang mendapat julukan sunrise of Java. Daerah yang juga mendapat julukan Mutiara dari Timur ini nampaknya memang semakin berkilau saja. Sejumlah program yang dilakukan dan pencapaian yang mampu diraihnya dalam beberapa waktu terakhir acapkali menjadi berita utama sejumlah media.



Ya, Banyuwangi nampaknya tak hanya sedang membangun mimpi-mimpinya seindah mungkin, namun juga sekaligus menapaki tangga impiannya dengan sejumlah langkah nyata dan strategi yang jitu untuk mewujudkan mimpinya sebagai pusat ekonomi baru di timur Pulau Jawa. Dan Banyuwangi memang memiliki modal dan potensi besar untuk meraih mimpi ini.


Banyuwangi memiliki sejumlah keunggulan strategis yang sifatnya anugerah (given), seperti sumber daya alam yang besar baik di sektor pertambangan, pertanian, perikanan dan peternakan juga perkebunan. Jumlah penduduknya banyak (urutan keempat di Jawa Timur), begitu pula wilayahnya yang menempati urutan pertama sebagai kabupaten terluas di Jawa Timur dengan luas wilayah 5.782,50 kilometer persegi. Potensi pariwisata Banyuwangi juga sangat luar biasa yang tidak hanya ditunjang oleh kondisi alam yang sangat cantik mempesona namun juga didukung oleh kondisi sosial budaya masyarakatnya yang unik, yang meski multikultural namun masih memiliki identitas lokal yang kuat. Sejumlah keberuntungan ini masih ditambah lagi dengan letak geografisnya yang sangat strategis, yakni sebagai pintu masuk ke Pulau Jawa dari arah timur Indonesia. Diapit oleh Provinsi Bali dan Kabupaten Jember yang sangat dinamis membuat Banyuwangi berada dalam lingkungan yang kondusif dan sangat kompetitif untuk terus membangun daerahnya sebaik mungkin.


Selain anugerah yang sifatnya given di atas, modal besar lain yang dimiliki Banyuwangi adalah reformasi birokrasi yang berjalan cukup baik, munculnya kepemimpinan muda yang inovatif, agresif dan visioner, masyarakat yang juga terus berproses melalui sejumlah upaya nyata terutama melalui jalur pendidikan sehingga kesadaran dan partisipasi mereka dalam proses pembangunan semakin besar. Akumulasi dari sejumlah kondisi ini menghasilkan sebuah kekuatan besar yang mendorong Banyuwangi terus bergerak maju. Tak mengherankan jika sejumlah pencapaian mampu diraih dalam waktu yang terbilang cukup singkat.


Untuk indikator ekonomi antara lain ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Pada 2012 lalu, ekonomi Banyuwangi tumbuh sebesar 7,18 persen. Level pertumbuhan ini berada di atas rata-rata pertumbuhan nasional yakni 6,2 persen. Investasi di Banyuwangi juga semakin bergairah terutama untuk skala kecil dan besar. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengeluarkan 1.335 izin usaha untuk industri usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada tahun 2012 lalu. Dari angka ini, nilai investasinya diperkirakan mencapai Rp 441 miliar, dari semula Rp 350 miliar pada tahun 2011. Dalam dua tahun terakhir juga terjadi peningkatan jumlah penanaman modal yang cukup signifikan yakni penanaman modal dalam negeri sekitar Rp 645 miliar dan modal asing senilai Rp 82 miliar.


Dinamika ekonomi Banyuwangi juga diiringi dengan peningkatan kualitas kehidupan sosial masyarakatnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia atau IPM Banyuwangi pada tahun 2011 lalu telah mencapai angka 72,9. Angka ini lebih tinggi dari IPM Jawa Timur yang sebesar 72,15. Indeks ini ditopang antara lain oleh meningkatnya indeks pendidikan dan juga semakin optimalnya pemanfaatan sarana teknologi informasi baik oleh pemerintah maupun masyarakat di banyak sektor kehidupan.


Selain sejumlah pencapaian di atas, sejumlah program juga tengah berlangsung dan menunjukkan indikasi yang positif. Seperti pembangunan sarana transportasi yang masif baik darat, laut maupun udara, juga penghidupan kembali sejumlah sektor usaha strategis yang selama ini seolah mati suri atau kurang dioptimalkan. Dengan berbagai kondisi ini, Banyuwangi berhasil meraih sejumlah pencapaian yang cukup memukau. Seperti, menempati posisi ketiga sebagai daerah yang paling diminati investor setelah Gresik dan Surabaya (data Badan Penanaman Modal Jawa Timur), dan menduduki peringkat ke-11 dari daftar 50 kabupaten/kota terkaya se-Indonesia tahun 2012 atau nomor dua terkaya di tingkat Jawa Timur setelah Surabaya yang menduduki peringkat ke-2 kabupaten/kota terkaya versi Warta Ekonomi.




Menerapkan ‘Resep Rahasia’ Florida


Potensi dan upaya yang dilakukan Banyuwangi untuk meraih sejumlah pencapaian di atas mengingatkan kita pada ‘rahasia’ yang dibeberkan oleh Richard Florida tentang bagaimana cara menjadi pemenang di tengah persaingan ekonomi kreatif yang semakin ketat saat ini. Menurut Florida dalam The Rise of Creative Class, tempat-tempat dan kota-kota yang mampu menciptakan produk-produk baru yang inovatif dan tercepat akan menjadi pemenang di era ekonomi kreatif. Untuk itu, kota-kota, daerah dan provinsi harus lebih menumbuhkan ”iklim orang-orang” daripada iklim bisnis, dan tidak cukup hanya mengandalkan insentif ekonomi bila ingin menarik investasi masuk ke wilayah mereka. Lebih lanjut, Florida juga menjelaskan tiga komponen utama yang dibutuhkan untuk memenangkan persaingan di era ekonomi kreatif, yakni Talenta, Teknologi dan Toleransi  atau yang juga dikenal dengan 3T.


Secara sederhana, Talenta mengacu pada SDM-SDM yang mampu menciptakan ide atau gagasan yang kreatif. Agar Talenta bisa berkembang optimal, diperlukan sikap toleran dari masyarakat, yakni sikap terbuka dan penerimaan terhadap hal-hal baru yang mungkin saja terkesan liar, gila dan tidak biasa. Kehadiran Teknologi menjadi akselator untuk mempercepat, meningkatkan kualitas dan mempermudah kegiatan bisnis dan sosial masyarakat. Ketiga komponen inilah yang nantinya akan menjadi pilar utama bagi terbangunnya kawasan industri yang canggih dan mampu memenangkan persaingan di era ekonomi kreatif. Sejumlah ‘resep rahasia’ dari Florida ini nampaknya dilakukan dengan cukup baik oleh Banyuwangi.


Pertama, dalam hal inovasi. Inovasi tidak berarti sesuatu yang benar-benar baru. Modifikasi atau penonjolan sesuatu yang lebih khas bisa juga menimbulkan sesuatu yang inovatif dan bernilai jual tinggi. Strategi ini antara lain diterapkan oleh Banyuwangi dalam hal pagelaran festival dan carnival yang saat ini sedang booming di Tanah Air. Melalui Banyuwangi Ethno Carnival atau BEC yang mulai digelar sejak 2011 lalu, Banyuwangi mencoba menyandingkan dirinya dengan sejumlah kota lain yang lebih dulu dan kontinyu menyelenggarakan acara serupa, seperti Jember dengan Jember Fashion Carnival, Jakarta dengan Jakarta Fashion & Food Festival, dan Solo dengan pagelaran Solo Batik Carnival-nya. Berbeda dengan sejumlah karnaval di kota lain yang umumnya mengangkat isu-isu global, BEC mengangkat tema yang lebih etnik. Selain itu, BEC juga dikemas bersamaan dengan sejumlah acara lain sebagai satu kesatuan sehingga menghasilkan sebuah even tahunan yang bisa dibilang spektakuler, seperti festival batik, lomba balap sepeda internasional "Tour de Ijen", pagelaran music Jazz dan juga festival kuliner. Pagelaran yang kompleks merupakan salah satu cara Banyuwangi untuk mengukuhkan dirinya sebagai salah satu kota kreatif di Indonesia.


Kedua, membangun iklim investasi yang kondusif. Untuk mewujudkan ini, sejumlah upaya yang dilakukan oleh Banyuwangi antara lain dengan mempermudah prosedur perijinan investasi serta pembangunan infrastruktur yang mendukung secara masif seperti pembangunan jalan raya, pelabuhan dan juga bandar udara. Posisi yang strategis dan tersedianya infrastruktur pendukung serta sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah membuat iklim investasi di Banyuwangi semakin kondusif. Terkait dengan investasi, ada kebijakan unik dari pemerintah setempat yang 'menutup pintu' bagi pengembangan mall. Tujuannya adalah untuk melindungi sektor usaha mikro, kecil dan menengah serta mendorong masyarakat agar lebih mencintai dan menggunakan produk-produk lokal.


Selanjutnya yang ketiga, sebagaimana dikatakan oleh Florida bahwa tidak cukup hanya mengandalkan insentif ekonomi bila ingin menarik investasi masuk ke wilayah mereka, melainkan juga harus membangun ‘iklim orang-orang’, maka Banyuwangi memberi perhatian yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia baik melalui sektor pendidikan maupun pengembangan sumber daya masyarakat melalui penggunaan sarana teknologi informasi yang lebih optimal di semua sektor kehidupan. Khusus untuk pendidikan, pemerintah Banyuwangi menggagas Program Banyuwangi Cerdas yang salah satu programnya adalah pemberian beasiswa bagi anak-anak kurang mampu dan berprestasi.

Sementara itu, untuk mendongkrak pembelajaran sekaligus mengakselerasi ekonomi masyarakat di era digital, Kabupaten Banyuwangi meluncurkan program Banyuwangi Digital Society (B-DiSo) yang salah satu tujuannya utamanya adalah berusaha lebih mendekatkan masyarakat Banyuwangi yang berada di ujung timur Pulau Jawa kepada dunia luar sekaligus mendorong perekonomian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang lebih luas. Program ini juga ditujukan untuk mengoptimalkan kinerja pemerintah dalam melayani masyarakat di banyak sektor. Sinergitas antara masyarakat, pemerintah dan teknologi ini mengantarkan Banyuwangi meraih sejumlah penghargaan bergengsi seperti terpilih sebagai The Pioneer of Digital Society untuk kategori pemerintahan dalam ajang Indonesia "Digital Society Award (IDSA) 2013. Ada empat kriteria penilaian yang digunakan dalam IDSA, yakni perencanaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), upaya perwujudan rencana TIK, tingkat penetrasi dan penggunaan internet, dan manfaat yang bisa dinikmati dalam menggunakan internet. Penggunaan sarana teknologi informasi khususnya internet secara lebih optimal akan mendorong masyarakat untuk bersikap lebih terbuka terhadap berbagai hal dan ilmu baru. Kondisi inilah yang disebut Florida sebagai bagian dari sikap toleran.





Penutup : Meneropong Masa Depan Banyuwangi


Dengan segenap potensi yang dimiliki dan sejumlah upaya yang telah dan terus dilakukannya, memprediksi bagaimana masa depan Banyuwangi merupakan sebuah hal yang sangat menarik. Prospek ini salah satunya bisa kita teropong dengan menggunakan Teori Rostow tentang tahap-tahap pertumbuhan ekonomi, seperti terlihat pada gambar berikut :




 Gambar dari sini

Mengacu pada poin-poin di atas, pembangunan Banyuwangi saat ini dan beberapa tahun mendatang tidak benar-benar berada pada satu tahapan secara utuh. Melainkan menunjukkan indikasi-indikasi transisi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya. Di satu sisi, sejumlah indikator menunjukkan bahwa Banyuwangi saat ini tengah berada pada tahap pra-kondisi tinggal landas seperti ditandai oleh peningkatan semangat kemajuan dan keterbukaan dan urbanisasi yang juga terus meningkat. Di sisi lain, sejumlah indikator juga menunjukkan bahwa Banyuwangi juga mulai memasuki tahap lepas landas yang antara lain ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah kelas wirausaha dan investasi modal yang juga meningkat yang cukup signifikan. Selain indikator terhadap dua tahapan (prakondisi lepas landas dan tahap lepas landas), kepemimpinan muda di Banyuwangi saat ini bisa membawa daerah ini untuk segera bersiap memasuki tahapan yang lebih tinggi yakni tahap kematangan ekonomi.


Banyuwangi memang sangat beruntung. Memiliki banyak modal besar yang sifatnya given, mampu melihat dan memanfaatkan peluang, memiliki pemimpin muda yang visioner, masyarakat yang kuat identitas lokalnya namun bersikap terbuka. Bila sejumlah program dan inovasi yang dilakukan saat ini dapat terus dijaga kesinambungannya, dan sejumlah kendala klasik yang dihadapi seperti jumlah anggaran yang terbatas, jumlah pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi, serta keterbatasan infrastruktur juga bisa dibenahi dan diantisipasi dengan baik, bukan tidak mungkin tak lama lagi Banyuwangi juga akan segera memasuki tahap akhir dari tahapan-tahapan yang disebutkan Rostow di atas. Dengan kata lain Banyuwangi telah siap menjelma menjadi masyarakat yang benar-benar maju dan menjadi pemenang di era ekonomi kreatif. Mari kita tunggu dan lihat….

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon Saran dan Kritiknya

Sidebar One

Stats

Hidup adalah sebuah anugerah yang harus kita lewati bercumbu rayu dengan ribuan masalah

featured-content

Blogroll

Labels

Labels

Blogger templates

Blogger news

FansPage

Bantu Like Dong Sobat... ^_^
×

Hidup adalah sebuah anugerah yang harus kita lewati bercumbu rayu dengan ribuan masalah

Labels

Jumat, 20 Desember 2013

banyuwangi the sunrise of java



Mimpi Banyuwangi Memenangkan Persaingan di Era Ekonomi Kreatif
Pelabuhan Ketapang
Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, sumber foto dari sini


Persaingan antar daerah di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir semakin sengit, terutama jika dikaitkan dengan tren ekonomi kreatif saat ini. Setiap daerah berlomba-lomba mendongkrak dan mempromosikan segenap potensinya untuk menarik perhatian masyarakat dan dunia usaha. Dengan begitu, diharapkan perekonomian daerah akan terkerek sehingga kemajuan masyarakat dan daerah bisa turut terakselerasi.


Salah satu daerah yang begitu gencar mengoptimalkan dan mempromosikan segenap potensinya untuk merebut posisi sebagai yang terdepan di era ekonomi kreatif saat ini adalah Kabupaten Banyuwangi. Sebuah kabupaten di penghujung timur Pulau Jawa yang mendapat julukan sunrise of Java. Daerah yang juga mendapat julukan Mutiara dari Timur ini nampaknya memang semakin berkilau saja. Sejumlah program yang dilakukan dan pencapaian yang mampu diraihnya dalam beberapa waktu terakhir acapkali menjadi berita utama sejumlah media.



Ya, Banyuwangi nampaknya tak hanya sedang membangun mimpi-mimpinya seindah mungkin, namun juga sekaligus menapaki tangga impiannya dengan sejumlah langkah nyata dan strategi yang jitu untuk mewujudkan mimpinya sebagai pusat ekonomi baru di timur Pulau Jawa. Dan Banyuwangi memang memiliki modal dan potensi besar untuk meraih mimpi ini.


Banyuwangi memiliki sejumlah keunggulan strategis yang sifatnya anugerah (given), seperti sumber daya alam yang besar baik di sektor pertambangan, pertanian, perikanan dan peternakan juga perkebunan. Jumlah penduduknya banyak (urutan keempat di Jawa Timur), begitu pula wilayahnya yang menempati urutan pertama sebagai kabupaten terluas di Jawa Timur dengan luas wilayah 5.782,50 kilometer persegi. Potensi pariwisata Banyuwangi juga sangat luar biasa yang tidak hanya ditunjang oleh kondisi alam yang sangat cantik mempesona namun juga didukung oleh kondisi sosial budaya masyarakatnya yang unik, yang meski multikultural namun masih memiliki identitas lokal yang kuat. Sejumlah keberuntungan ini masih ditambah lagi dengan letak geografisnya yang sangat strategis, yakni sebagai pintu masuk ke Pulau Jawa dari arah timur Indonesia. Diapit oleh Provinsi Bali dan Kabupaten Jember yang sangat dinamis membuat Banyuwangi berada dalam lingkungan yang kondusif dan sangat kompetitif untuk terus membangun daerahnya sebaik mungkin.


Selain anugerah yang sifatnya given di atas, modal besar lain yang dimiliki Banyuwangi adalah reformasi birokrasi yang berjalan cukup baik, munculnya kepemimpinan muda yang inovatif, agresif dan visioner, masyarakat yang juga terus berproses melalui sejumlah upaya nyata terutama melalui jalur pendidikan sehingga kesadaran dan partisipasi mereka dalam proses pembangunan semakin besar. Akumulasi dari sejumlah kondisi ini menghasilkan sebuah kekuatan besar yang mendorong Banyuwangi terus bergerak maju. Tak mengherankan jika sejumlah pencapaian mampu diraih dalam waktu yang terbilang cukup singkat.


Untuk indikator ekonomi antara lain ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Pada 2012 lalu, ekonomi Banyuwangi tumbuh sebesar 7,18 persen. Level pertumbuhan ini berada di atas rata-rata pertumbuhan nasional yakni 6,2 persen. Investasi di Banyuwangi juga semakin bergairah terutama untuk skala kecil dan besar. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengeluarkan 1.335 izin usaha untuk industri usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada tahun 2012 lalu. Dari angka ini, nilai investasinya diperkirakan mencapai Rp 441 miliar, dari semula Rp 350 miliar pada tahun 2011. Dalam dua tahun terakhir juga terjadi peningkatan jumlah penanaman modal yang cukup signifikan yakni penanaman modal dalam negeri sekitar Rp 645 miliar dan modal asing senilai Rp 82 miliar.


Dinamika ekonomi Banyuwangi juga diiringi dengan peningkatan kualitas kehidupan sosial masyarakatnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia atau IPM Banyuwangi pada tahun 2011 lalu telah mencapai angka 72,9. Angka ini lebih tinggi dari IPM Jawa Timur yang sebesar 72,15. Indeks ini ditopang antara lain oleh meningkatnya indeks pendidikan dan juga semakin optimalnya pemanfaatan sarana teknologi informasi baik oleh pemerintah maupun masyarakat di banyak sektor kehidupan.


Selain sejumlah pencapaian di atas, sejumlah program juga tengah berlangsung dan menunjukkan indikasi yang positif. Seperti pembangunan sarana transportasi yang masif baik darat, laut maupun udara, juga penghidupan kembali sejumlah sektor usaha strategis yang selama ini seolah mati suri atau kurang dioptimalkan. Dengan berbagai kondisi ini, Banyuwangi berhasil meraih sejumlah pencapaian yang cukup memukau. Seperti, menempati posisi ketiga sebagai daerah yang paling diminati investor setelah Gresik dan Surabaya (data Badan Penanaman Modal Jawa Timur), dan menduduki peringkat ke-11 dari daftar 50 kabupaten/kota terkaya se-Indonesia tahun 2012 atau nomor dua terkaya di tingkat Jawa Timur setelah Surabaya yang menduduki peringkat ke-2 kabupaten/kota terkaya versi Warta Ekonomi.




Menerapkan ‘Resep Rahasia’ Florida


Potensi dan upaya yang dilakukan Banyuwangi untuk meraih sejumlah pencapaian di atas mengingatkan kita pada ‘rahasia’ yang dibeberkan oleh Richard Florida tentang bagaimana cara menjadi pemenang di tengah persaingan ekonomi kreatif yang semakin ketat saat ini. Menurut Florida dalam The Rise of Creative Class, tempat-tempat dan kota-kota yang mampu menciptakan produk-produk baru yang inovatif dan tercepat akan menjadi pemenang di era ekonomi kreatif. Untuk itu, kota-kota, daerah dan provinsi harus lebih menumbuhkan ”iklim orang-orang” daripada iklim bisnis, dan tidak cukup hanya mengandalkan insentif ekonomi bila ingin menarik investasi masuk ke wilayah mereka. Lebih lanjut, Florida juga menjelaskan tiga komponen utama yang dibutuhkan untuk memenangkan persaingan di era ekonomi kreatif, yakni Talenta, Teknologi dan Toleransi  atau yang juga dikenal dengan 3T.


Secara sederhana, Talenta mengacu pada SDM-SDM yang mampu menciptakan ide atau gagasan yang kreatif. Agar Talenta bisa berkembang optimal, diperlukan sikap toleran dari masyarakat, yakni sikap terbuka dan penerimaan terhadap hal-hal baru yang mungkin saja terkesan liar, gila dan tidak biasa. Kehadiran Teknologi menjadi akselator untuk mempercepat, meningkatkan kualitas dan mempermudah kegiatan bisnis dan sosial masyarakat. Ketiga komponen inilah yang nantinya akan menjadi pilar utama bagi terbangunnya kawasan industri yang canggih dan mampu memenangkan persaingan di era ekonomi kreatif. Sejumlah ‘resep rahasia’ dari Florida ini nampaknya dilakukan dengan cukup baik oleh Banyuwangi.


Pertama, dalam hal inovasi. Inovasi tidak berarti sesuatu yang benar-benar baru. Modifikasi atau penonjolan sesuatu yang lebih khas bisa juga menimbulkan sesuatu yang inovatif dan bernilai jual tinggi. Strategi ini antara lain diterapkan oleh Banyuwangi dalam hal pagelaran festival dan carnival yang saat ini sedang booming di Tanah Air. Melalui Banyuwangi Ethno Carnival atau BEC yang mulai digelar sejak 2011 lalu, Banyuwangi mencoba menyandingkan dirinya dengan sejumlah kota lain yang lebih dulu dan kontinyu menyelenggarakan acara serupa, seperti Jember dengan Jember Fashion Carnival, Jakarta dengan Jakarta Fashion & Food Festival, dan Solo dengan pagelaran Solo Batik Carnival-nya. Berbeda dengan sejumlah karnaval di kota lain yang umumnya mengangkat isu-isu global, BEC mengangkat tema yang lebih etnik. Selain itu, BEC juga dikemas bersamaan dengan sejumlah acara lain sebagai satu kesatuan sehingga menghasilkan sebuah even tahunan yang bisa dibilang spektakuler, seperti festival batik, lomba balap sepeda internasional "Tour de Ijen", pagelaran music Jazz dan juga festival kuliner. Pagelaran yang kompleks merupakan salah satu cara Banyuwangi untuk mengukuhkan dirinya sebagai salah satu kota kreatif di Indonesia.


Kedua, membangun iklim investasi yang kondusif. Untuk mewujudkan ini, sejumlah upaya yang dilakukan oleh Banyuwangi antara lain dengan mempermudah prosedur perijinan investasi serta pembangunan infrastruktur yang mendukung secara masif seperti pembangunan jalan raya, pelabuhan dan juga bandar udara. Posisi yang strategis dan tersedianya infrastruktur pendukung serta sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah membuat iklim investasi di Banyuwangi semakin kondusif. Terkait dengan investasi, ada kebijakan unik dari pemerintah setempat yang 'menutup pintu' bagi pengembangan mall. Tujuannya adalah untuk melindungi sektor usaha mikro, kecil dan menengah serta mendorong masyarakat agar lebih mencintai dan menggunakan produk-produk lokal.


Selanjutnya yang ketiga, sebagaimana dikatakan oleh Florida bahwa tidak cukup hanya mengandalkan insentif ekonomi bila ingin menarik investasi masuk ke wilayah mereka, melainkan juga harus membangun ‘iklim orang-orang’, maka Banyuwangi memberi perhatian yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia baik melalui sektor pendidikan maupun pengembangan sumber daya masyarakat melalui penggunaan sarana teknologi informasi yang lebih optimal di semua sektor kehidupan. Khusus untuk pendidikan, pemerintah Banyuwangi menggagas Program Banyuwangi Cerdas yang salah satu programnya adalah pemberian beasiswa bagi anak-anak kurang mampu dan berprestasi.

Sementara itu, untuk mendongkrak pembelajaran sekaligus mengakselerasi ekonomi masyarakat di era digital, Kabupaten Banyuwangi meluncurkan program Banyuwangi Digital Society (B-DiSo) yang salah satu tujuannya utamanya adalah berusaha lebih mendekatkan masyarakat Banyuwangi yang berada di ujung timur Pulau Jawa kepada dunia luar sekaligus mendorong perekonomian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang lebih luas. Program ini juga ditujukan untuk mengoptimalkan kinerja pemerintah dalam melayani masyarakat di banyak sektor. Sinergitas antara masyarakat, pemerintah dan teknologi ini mengantarkan Banyuwangi meraih sejumlah penghargaan bergengsi seperti terpilih sebagai The Pioneer of Digital Society untuk kategori pemerintahan dalam ajang Indonesia "Digital Society Award (IDSA) 2013. Ada empat kriteria penilaian yang digunakan dalam IDSA, yakni perencanaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), upaya perwujudan rencana TIK, tingkat penetrasi dan penggunaan internet, dan manfaat yang bisa dinikmati dalam menggunakan internet. Penggunaan sarana teknologi informasi khususnya internet secara lebih optimal akan mendorong masyarakat untuk bersikap lebih terbuka terhadap berbagai hal dan ilmu baru. Kondisi inilah yang disebut Florida sebagai bagian dari sikap toleran.





Penutup : Meneropong Masa Depan Banyuwangi


Dengan segenap potensi yang dimiliki dan sejumlah upaya yang telah dan terus dilakukannya, memprediksi bagaimana masa depan Banyuwangi merupakan sebuah hal yang sangat menarik. Prospek ini salah satunya bisa kita teropong dengan menggunakan Teori Rostow tentang tahap-tahap pertumbuhan ekonomi, seperti terlihat pada gambar berikut :




 Gambar dari sini

Mengacu pada poin-poin di atas, pembangunan Banyuwangi saat ini dan beberapa tahun mendatang tidak benar-benar berada pada satu tahapan secara utuh. Melainkan menunjukkan indikasi-indikasi transisi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya. Di satu sisi, sejumlah indikator menunjukkan bahwa Banyuwangi saat ini tengah berada pada tahap pra-kondisi tinggal landas seperti ditandai oleh peningkatan semangat kemajuan dan keterbukaan dan urbanisasi yang juga terus meningkat. Di sisi lain, sejumlah indikator juga menunjukkan bahwa Banyuwangi juga mulai memasuki tahap lepas landas yang antara lain ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah kelas wirausaha dan investasi modal yang juga meningkat yang cukup signifikan. Selain indikator terhadap dua tahapan (prakondisi lepas landas dan tahap lepas landas), kepemimpinan muda di Banyuwangi saat ini bisa membawa daerah ini untuk segera bersiap memasuki tahapan yang lebih tinggi yakni tahap kematangan ekonomi.


Banyuwangi memang sangat beruntung. Memiliki banyak modal besar yang sifatnya given, mampu melihat dan memanfaatkan peluang, memiliki pemimpin muda yang visioner, masyarakat yang kuat identitas lokalnya namun bersikap terbuka. Bila sejumlah program dan inovasi yang dilakukan saat ini dapat terus dijaga kesinambungannya, dan sejumlah kendala klasik yang dihadapi seperti jumlah anggaran yang terbatas, jumlah pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi, serta keterbatasan infrastruktur juga bisa dibenahi dan diantisipasi dengan baik, bukan tidak mungkin tak lama lagi Banyuwangi juga akan segera memasuki tahap akhir dari tahapan-tahapan yang disebutkan Rostow di atas. Dengan kata lain Banyuwangi telah siap menjelma menjadi masyarakat yang benar-benar maju dan menjadi pemenang di era ekonomi kreatif. Mari kita tunggu dan lihat….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Saran dan Kritiknya

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Terjamah

Categories

Popular Posts

About Me

Followers

Blog Archive

Popular Posts

Twitter Q

IKLAN


Kode Iklan Anda Disini

alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar